hipertensi
Definisi
The Joint National Community on
Preventation, Detection evaluation and treatment of High Blood Preassure dari
Amerika Serikat dan badan dunia WHO dengan International Society of
Hypertension membuat definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah
seseorang tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau tekanan
diastoliknya 90 mmHg atau lebih atau sedang memakai obat anti
hipertensi.
Pada anak-anak, definisi hipertensi
yaitu apabila tekanan darah lebih dari 95 persentil dilihat dari umur, jenis
kelamin, dan tinggi badan yang diukur sekurang-kurangnya tiga kali pada
pengukuran yang terpisah. The sixth Report of The joint national Committee
on Prevention, detection, Evaluation and Treatment of High Blood Presure
(JNC VI) mengklasifikasikan tekanan darah untuk orang dewasa menjadi enam kelompok
yang terlihat seperti pada tabel 1 dibawah.
Tabel
I. Klasifikasi tekanan darah untuk orang dewasa yang berusia 18 tahun
atau
lebih.
Klasifikasi Tekanan Darah
|
TDS (mmHg)
|
TDD (mmHg)
|
Normal
|
< 120
|
< 80
|
Pre hipertensi
|
120 – 139
|
80 – 89
|
Stage 1 Hipertensi
|
140 – 159
|
90 – 99
|
Stage 2 Hipertensi
|
> 160
|
> 100
|
Epidemiologi
Hipertensi
adalah masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat
memicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti gagal jantung congestive, gagal
ginjal, dan penyakit vaskuler. Hipertensi disebut “silent killer” karena
sifatnya asimptomatik dan setelah beberapa tahun menimbulkan stroke yang fatal
atau penyakit jantung. Meskipun tidak dapatdiobati, pencegahan dan
penatalaksanaan dapat menurunkan kejadian hipertensi dan penyakit yang
menyertainya. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diketahui
hampir seperempat (24,5%) penduduk Indonesia usia di atas 10 tahun mengkonsumsi
makanan asin setiap hari, satu kali atau lebih. Sementara prevalensi hipertensi
di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18 tahun ke atas. Dari
jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke.
Sedangkan
sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Pada orang dewasa,
peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg menyebabkan peningkatan 60%
risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler.
Berdasarkan
American Heart Association (AHA, 2001), terjadi peningkatan rata-rata kematian
akibat hipertensi sebesar 21% dari tahun 1989 sampai tahun 1999. Secara
keseluruhan kematian akibat hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. Data
Riskesdas menyebutkan hipertensi sebagai penyebab kematian nomor 3 setelah
stroke dan tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi penyebab
kematian pada semua umur di Indonesia.
Hipertensi
perlu diwaspadai karena merupakan bahaya diam-diam. Tidak ada gejala atau tanda
khas untuk peringatan dini bagi penderita hipertensi. Selain itu, banyak orang
merasa sehat dan energik walaupun memiliki hipertensi. Berdasarkan hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat
belum terdiagnosis.
Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi
dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: hipertensi esensial atau hipertensi primer
dan hipertensi sekunder atau hipertensi renal.
1)
Hipertensi esensial
Hipertensi esensial atau hipertensi
primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik.
Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik,
lingkungan, hiperaktifitas sistem saraf simpatis, sistem renin angiotensin,
defek dalam
ekskresi
Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor yang meningkatkan
resiko seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia. Hipertensi primer
biasanya timbul pada usia 30 – 50 tahun.
2)
Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder atau hipertensi
renal terdapat sekitar 5 % kasus. Penyebab spesifik diketahui, seperti
penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme
primer, dan sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang
berhubungan dengan kehamilan, dan lain – lain.
Faktor
Risiko Hipertensi
Sampai saat ini penyebab hipertensi
secara pasti belum dapat diketahui dengan jelas. Secara umum, faktor risiko
terjadinya hipertensi yang teridentifikasi antara lain :
a.
Keturunan
Dari
hasil penelitian diungkapkan bahwa jika seseorang mempunyai orang tua atau
salah satunya menderita hipertensi maka orang tersebut mempunyai risiko lebih
besar untuk terkena hipertensi daripada orang yang kedua orang tuanya normal
(tidak menderita hipertensi). Adanya riwayat
keluarga
terhadap hipertensi dan penyakit jantung secara signifikan akan meningkatkan
risiko terjadinya hipertensi pada perempuan dibawah 65 tahun dan laki – laki
dibawah 55 tahun.
b.
Usia
Beberapa penelitian yang dilakukan,
ternyata terbukti bahwa semakin tinggi usia seseorang maka semakin tinggi
tekanan darahnya.. Hal ini disebabkan elastisitas dinding pembuluh darah
semakin menurun dengan bertambahnya usia. Sebagian besar hipertensi terjadi
pada usia lebih dari 65 tahun. Sebelum usia 55 tahun tekanan darah pada laki –
laki lebih tinggi daripada perempuan. Setelah usia 65 tekanan darah pada
perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Dengan demikian, risiko hipertensi
bertambah dengan semakin bertambahnya usia.
c.
Jenis kelamin
Jenis kelamin mempunyai pengaruh penting
dalam regulasi tekanan darah. Sejumlah fakta menyatakan hormon sex mempengaruhi
sistem rennin angiotensin. Secara umum tekanan darah pada laki – laki lebih
tinggi daripada perempuan. Pada perempuan risiko hipertensi akan meningkat setelah
masa menopause yang mununjukkan adanya pengaruh hormon.
d.
Merokok
Merokok dapat meningkatkan beban kerja
jantung dan menaikkan tekanan darah. Menurut penelitian, diungkapkan bahwa
merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Nikotin yang terdapat dalam rokok
sangat membahayakan kesehatan, karena nikotin dapat meningkatkan
penggumpalan
darah dalam pembuluh darah dan dapat menyebabkan pengapuran pada dinding
pembuluh darah. Nikotin bersifat toksik terhadap jaringan saraf yang
menyebabkan peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik, denyut
jantung bertambah, kontraksi otot jantung seperti dipaksa, pemakaian O2
bertambah, aliran darah pada koroner meningkat dan vasokontriksi pada pembuluh
darah perifer.
e.
Obesitas
Kelebihan lemak tubuh, khususnya lemak
abdominal erat kaitannya dengan hipertensi. Tingginya peningkatan tekanan darah
tergantung pada besarnya penambahan berat badan. Peningkatan risiko semakin
bertambah parahnya hipertensi terjadi pada penambahan berat badan tingkat
sedang. Tetapi tidak semua obesitas dapat terkena hipertensi. Tergantung pada masing
– masing individu. Peningkatan tekanan darah di atas nilai optimal yaitu >
120 / 80 mmHg akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler. Penurunan
berat badan efektif untuk menurunkan hipertensi, Penurunan berat badan sekitar
5 kg dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan.
f.
Stress
Hubungan antara stres dengan hipertensi
diduga melalaui saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara
intermiten. Apabila stres berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian
tekanan darah yang menetap. Pada binatang percobaan dibuktikan bahwa pajanan
terhadap stress menyebabkan binatang tersebut menjadi hipertensi.
g.
Aktifitas Fisik
Orang dengan tekanan darah yang tinggi
dan kurang aktifitas, besar kemungkinan aktifitas fisik efektif menurunkan
tekanan darah. Aktifitas fisik membantu dengan mengontrol berat badan. Aerobik
yang cukup seperti 30 – 45 menit berjalan cepat setiap hari membantu menurunkan
tekanan darah secara langsung. Olahraga secara teratur dapat menurunkan tekanan
darah pada semua kelompok, baik hipertensi maupun normotensi.
h.
Asupan
1)
Asupan Natrium
Natrium adalah kation utama dalam cairan
extraseluler konsentrasi serum normal adalah 136 sampai 145 mEg / L, Natrium
berfungsi menjaga keseimbangan cairan dalam kompartemen tersebut dan
keseimbangan asam basa tubuh serta berperan dalam transfusi saraf dan kontraksi
otot. Perpindahan air diantara cairan ekstraseluler dan intraseluler ditentukan
oleh kekuatan osmotik. Osmosis adalah perpindahan air menembus membran
semipermiabel ke arah yang mempunyai konsentrasi partikel tak berdifusinya
lebih tinggi. Natrium klorida pada cairan
ekstraseluler
dan kalium dengan zat – zat organik pada cairan intraseluler, adalah zat – zat
terlarut yang tidak dapat menembus dan sangat berperan dalam menentukan
konsentrasi air pada kedua sisi membran. Hampir seluruh natrium yang dikonsumsi
(3-7 gram sehari) diabsorpsi
terutama
di usus halus.1 Mekanisme penngaturan keseimbangan volume pertama – tama
tergantung pada perubahan volume sirkulasi efektif. Volume sirkulasi efektif
adalah bagian dari volume cairan ekstraseluler pada ruang vaskular yang
melakukan perfusi aktif pada jaringan. Pada orang sehat volume cairan
ekstraseluler umumnya berubah – ubah sesuai dengan sirkulasi efektifnya dan
berbanding secara proporsional dengan natrium tubuh total. Natrium diabsorpsi
secara aktif setelah itu dibawa oleh aliran darah ke ginjal, disini natrium
disaring dan dikembalikan ke aliran darah dalam jumlah yang cukup untuk
mempertahankan taraf natrium dalam darah. Kelebihan Na yang jumlahnya mencapai
90-99 % dari yang dikonsumsi, dikeluarkan melalui urin. Pengeluaran urin ini
diatur oleh hormon aldosteron yng dikeluarkan kelenjar adrenal bila kadar Na
darah menurun. Aldosteron merangsang ginjal untuk mengasorpsi Na kembali. Jumlah
Na dalam urin tinggi bila konsumsi tinggi dan rendah bila konsumsi rendah. Garam
dapat memperburuk hipertensi pada orang secara genetik sensitif terhadap
natrium, misalnya seperti: orang Afrika-Amerika, lansia, dan orang hipertensi
atau diabetes. Asosiasi jantung Amerika menganjurkan setiap orang untuk
membatasi asupan garam tidak lebih dari 6 gram per hari.23 Pada populasi dengan
asupan natrium lebih dari 6 gram per hari, tekanan darahnya meningkat lebih
cepat dengan meningkatnya usia, serta kejadian hipertensi lebih sering
ditemukan.
Hubungan antara retriksi garam dan pencegahan
hipertensi masih belum jelas. Namun berdasarkan studi epidemiologi diketahui
terjadi kenaikan tekanan darah ketika asupan garam ditambah.
2)
Asupan Kalium
Kalium merupakan ion utama dalam cairan
intraseluler, cara kerja kalium adalah kebalikan dari Na. konsumsi kalium yang
banyak akanmeningkatkan konsentrasinya di dalam cairan intraseluler,
sehinggacenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan
tekanan darah.
Sekresi kalium pada nefron ginjal
dikendalikan oleh aldosteron. Peningkatan sekresi aldosteron menyebabkan
reabsorbsi natrium dan air juga ekskresi kalium. Sebaliknya penurunan sekresi
aldosteron menyebabkan ekskresi natrium dan air juga penyimpanan kalium. Rangsangan
utama bagi sekresi aldosteron adalah penurunan volume sirkulasi efektif atau
penurunan kalium serum. Ekskresi kalium juga dipengaruhi oleh keadaan asam basa
dan kecepatan aliran di tubulus distal.
Penelitian epidemiologi menunjukkan
bahwa asupan rendah kalium akan mengakibatkan peningkatan tekanan darah dan renal
vascular remodeling yang mengindikasikan terjadinya resistansi
pembuluh darah pada ginjal. Pada populasi dengan asupan tinggi kalium tekanan
darah dan prevalensi hipertensi lebih rendah dibanding dengan populasi yang
mengkonsumsi
rendah kalium.
3)
Asupan Magnesium
Magnesium
merupakan inhibitor yang kuat terhadap kontraksi vaskuler otot halus dan diduga
berperan sebagai vasodilator dalam regulasi tekanan darah. The Joint
national Committee on Prevention, detection, Evaluation and Treatment of
High Blood Presure (JNC) melaporkan bahwa terdapat hubungan timbal balik
antara magnesium dan tekanan darah. Sebagian besar penelitian klinis
menyebutkan, suplementasi magnesium tidak efektif untuk mengubah tekanan darah.
Hal ini dimungkinkan karena adanya efek pengganggu dari obat anti hipertensi. Meskipun
demikian, suplementasi magnesium direkomendasikan untuk mencegah kejadian
hipertensi.
4)
Kalsium
Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa
tidak ada hubungan yang signifikan antara diet kalsium dengan prevalensi
hipertensi. Hubungan diet kalsiun dengan hipertensi tampak pada perempuan ras
Afrika Amerika. Peningkatan konsumsi per hari (untuk total asupan kalsium 1500
mg per hari) tidak memberikan pengaruh terhadap tekanan darah pada laki-laki. Dengan
demikian, peran suplementasi kalsium untuk mencegah hipertensi tidak terbukti.
Namun, JNC VI merekomendasikan peningkatan asupan kalium, magnesium dan kalsium
untuk pencegahan dan pengelolaan hipertensi. Asupan kalsium yang
direkomendasikan sebesar 1000 sampai
2000mg
par hari.
Patogenesis
Tekanan darah terutama dikontrol oleh
sistem saraf simpatik (control jangka pendek) dan ginjal (kontrol jangka
panjang). Mekanisme yang berhubungan dengan penyebab hipertensi melibatkan
perubahan – perubahan pada curah jantung dan resistensi vaskular perifer. Pada
tahap awal hipertensi primer curah jantung meninggi sedangkan tahanan perifer
normal. Keadaan ini disebabkan peningkatan aktivitas simpatik. Saraf simpatik
mengeluarkan norepinefrin, sebuah vasokonstriktor yang mempengaruhi pembuluh arteri
dan arteriol sehingga resistensi perifer meningkat.
Pada tahap selanjutnya curah jantung
kembali ke normal sedangkan tahanan perifer meningkat yang disebabkan oleh
refleks autoregulasi. Yang dimaksud dengan reflex autoregulasi adalah mekanisme
tubuh untuk mempertahankan keadaan hemodinamik yang normal. Oleh karena curah
jantung yang meningkat terjadi konstriksi sfingter pre-kapiler yang
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peninggian tahanan perifer. Pada
stadium awal sebagian besar pasien hipertensi menunjukkan curah jantung yang
meningkat dan kemudian diikuti dengan kenaikan tahanan perifer yang
mengakibatkan kenaikan tekanan darah yang menetap.
Gejala
Klinis
Peninggian tekanan darah kadang-kadang
merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi esensial dan tergantung dari
tinggi rendahnya tekanan darah, gejala yang timbul dapat berbeda-beda.
Kadang-kadang hipertensi esensial berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala
setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak
dan jantung. Perjalanan penyakit hipertensi sangat berlahan. Penderita
hipertensi mungkin tidak menunjukkan gejala selama bertahun – tahun. Masa laten
ini menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna.
Terdapat gejala biasanya hanya bersifat spesifik, misalnya sakit kepala atau
pusing. Gejala lain yang sering ditemukan adalah epistaksis, mudah marah,
telinga berdengung, rasa berat di tungkuk, sukar tidur, dan mata berkunang-kunang.
Apabila hipertensi tidak diketahui dan dirawat dapat mengakibatkan kematian
karena payah jantung, infark miokardium, stroke atau gagal ginjal. Namun
deteksi dini dan parawatan hipertensi dapat
menurunkan
jumlah morbiditas dan mortalitas.
Penatalaksanaan
hipertensi
a. Penatalaksanaan
farmakologis
a.
Diuretic. Obat golongan ini
bekerja dengan mengeluarkan cairan tubuh melalui urin. Dengan begitu kerja
jantung menjadi lebih ringan. Contoh diuretic adalah hidroklortiazid (HCT) dan
furosemide.
b.
Penghambat enzim pengubah
angiotensin (ACE). Obat golongan ini akan melebarkan pembuluh darah sehingga
kerja jantung lebih mudah dan effisien. Contohnya adalah captopril, dan
lisinopril.
c.
Antagonis reseptor angiotensin
II. Bekerja dengan cara yang sama dengan penghambat ACE. Contohnya, losartan
dan irbesartan.
d.
Beta bloker. Bekerja dengan
cara mengurangi detak jantung sehingga tekanan darah menjadi turun. Contohnya
propanolol.
e.
Antagonis kalsium. Bekerja
dengan cara mengurangi daya pompa jantung dengan menghambat kontraksi jantung.
Contohnya nifedipin.
b. Penatalaksanaan
non farmakologis
Penatalaksanaan non farmakologis (diet)
sering sebagai pelengkap penatalaksanaan farmakologis, selain pemberian
obat-obatan antihipertensi perlu terapi dietetik dan merubah gaya hidup. Tujuan
dari penatalaksanaan diet:
ü Membantu
menurunkan tekanan darah secara bertahap dan mempertahankan tekanan darah
menuju normal.
ü Mampu
menurunkan tekanan darah secara multifaktoral
ü Menurunkan
faktor resiko lain seperti BB berlebih, tingginya kadar asam lemak, kolesterol
dalam darah.
ü Mendukung
pengobatan penyakit penyerta seperti penyakit ginjal, dan DM.
Prinsip
diet penatalaksanaan hipertensi :
ü Makanan
beraneka ragam dan gizi seimbang
ü Jenis
dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita
ü Jumlah
garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis makanan dalam daftar
diet
ü Konsumsi
garam dapur tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh/hr atau dapat menggunakan garam
lain diluar natrium.
Preventif
Resiko seseorang untuk mendapatkan
hipertensi dapat dikurangi dengan cara :
o Memeriksa
tekanan darah secara teratur
o Menjaga
berat badan dalam rentang normal
o Mengatur
pola makan, antara lain dengan mengkonsumsi makanan
berserat,
rendah lemak dan mengurangi garam.
o Hentikan
kebiasaan merokok dan minuman beralkohol
o Berolahraga
secara teratur
o Hidup
secara teratur
o Mengurangi
stress dan emosi
o Mengurangi
makanan berlemak
Komentar
Posting Komentar